Jumat, 07 Maret 2008

Budidaya Kunyit

Kunyit

Kunyit merupakan salah satu tanaman obat potensial. Selain sebagai bahan baku obat juga dipakai sebagai bumbu dapur dan zat pewarna alami. Rimpangnya sangat bermanfaat sebagai antikoagulan, menurunkan tekanan darah, obat cacing, obat asma, penambah darah, mengobati sakit perut, penyakit hati, karminatif, stimulan, gatal-gatal, gigitan serangga, diare, dan rematik. Kandungan utama rimpang kunyit adalah minyak atsiri, kurkumin, resin, oleoresin, desmetoksi-kurkumin, dan bidesmetoksikurkumin, damar, gom, lemak, protein, kalsium, fosfor, dan besi. Kandungan kimia minyak atsiri kunyit terdiri atas ar-tumeron, a dan ß-tumeron, tumerol, a-atlanton, ß-kariofilen, linalol, dan 1,8 sineol.

Kunyit tumbuh baik pada tanah Latosol, Aluvial, dan Regosol, ketinggian tempat 240–1.200 m dpl., curah hujan 2.000–4.000 ml/ tahun, di bawah tegakan tanaman keras seperti sengon dan jati yang masih muda (umur 3–4 tahun) dengan tingkat naungan tidak lebih dari 30%.

Bibit menggunakan rimpang induk atau anak rimpang dari tanaman cukup umur (11-12 bulan) dengan ukuran seperempat bagian (satu rimpang induk dibelah menjadi empat bagian membujur) untuk rimpang induk, dan 15–20 g/potong untuk anak rimpang. Sebelum ditanam benih ditumbuhkan dahulu sampai mata tunasnya tumbuh 0,5-1 cm.

Tanah diolah agar gembur, dibuat petakan/bedengan dan saluran drainase. Jarak tanam sistem monokultur adalah: 50 cm x 40 cm, 50 cm x 50 cm, 40 cm x 40 cm atau 50 cm x 60 cm, pola tumpang sari dengan tanaman sisipan kacang tanah atau cabai rawit yang ditanam bersamaan. Pupuk kandang 10–20 t/ha sebagai pupuk dasar diberikan pada saat tanam. Pupuk yang digunakan adalah urea, SP-36 dan KCl dengan takaran masing-masing 100 kg, 200 kg dan 200 kg/ha. Pupuk SP-36 dan KCl diberikan sekaligus pada saat tanam dan urea diberikan dua kali pada umur 1 dan 3 bulan setelah tanaman tumbuh.

Pemeliharaan tanaman meliputi penyiangan dan pembumbunan untuk menghindari kompetisi dengan gulma dalam memperoleh zat hara serta untuk menjaga kelembapan, suhu dan kegemburan tanah. Pembumbunan dilakukan setelah selesai penyiangan untuk memperbarui saluran drainase pemisah petak; tanah dinaikkan ke petak-petak tanam. Jarang terjadi serangan hama dan penyakit pada tanaman kunyit. Untuk mencegah penyakit busuk rimpang yang disebabkan oleh Ralstonia solanacearum dapat dilakukan dengan menggunakan benih sehat, perlakuan benih sehat (antibiotik), menghindari pelukaan (rimpang diberi abu sekam), pergiliran tanaman, pembersihan sisa tanaman dan gulma, pembuatan saluran irigasi agar tidak ada genangan air dan aliran air tidak melalui petak sehat, serta inspeksi kebun secara rutin.

Kunyit dipanen pada umur 10–12 bulan setelah tanam, biasanya daun mulai luruh atau mengering. Dapat pula dipanen pada umur 20–24 bulan setelah tanam. Panen dilakukan dengan cara menggali dan mengangkat semua rimpang, kemudian dicuci, dikering-anginkan sampai kulit tidak basah. Setelah itu, rimpang diiris dengan irisan membujur dengan ketebalan 2 mm. Rajangan rimpang dikeringkan dengan dijemur dengan diberi alas yang bersih, atau dengan pengering oven pada suhu 40–60oC, hingga mencapai kadar air 9-10%. Pengolahan kunyit selanjutnya bergantung pada peruntukannya, sebagai bahan baku obat, zat pewarna atau rempah. Simplisia irisan kering juga dapat diolah menjadi tepung, minyak atsiri, oleoresin, dan zat pewarna kurkuminoid.

Tidak ada komentar: